Headlines

Body Contest Bupati Cup 2025 Sepi Peserta, Publik Sorot Ego EO Sugeng dan Mandulnya Peran PBFI

WhatsApp Image 2025 10 26 at 18.06.27 a73199a1

Sumenep – JAGAT BATARA. Gelaran Body Contest Sumenep Bupati Cup 2025 yang seharusnya menjadi kebanggaan daerah justru berubah menjadi tamparan keras bagi dunia olahraga Sumenep. Alih-alih meriah dan diminati, event ini hanya diikuti sekitar enam peserta, fakta yang dinilai sebagai kegagalan telak akibat dominasi ego pribadi, monopoli kepengurusan, dan lemahnya pengawasan pemerintah daerah.

Menurut para pelaku binaraga, penyebab utama sepinya peserta bukan karena kurangnya minat, tetapi karena arogansi EO Sugeng, dominasi PBFI Sumenep, dan diamnya Kadisbudporapar yang membiarkan event dikelola tanpa etika dan tanpa arah pembinaan.

‎Manager Amor Gym: “Ini bukan event pembinaan, ini event pencitraan dan kepentingan kelompok”

Salah satu pelaku binaraga senior sekaligus Manager Amor Gym mengungkapkan kekecewaannya terhadap kondisi event tahun ini.

“Hanya enam peserta bro. Ini bukan karena atlet tidak ada, tapi karena atlet merasa event ini tidak lagi untuk mereka. EO Sugeng, PBFI, semuanya ingin jadi penguasa event, bukan pembina olahraga,” ujarnya dengan nada kesal.

‎Ia menegaskan, PBFI sebagai organisasi resmi bina raga justru ikut mempersempit ruang komunitas, alih-alih memperluas partisipasi.

“Tugas PBFI itu membina dan melibatkan semua komunitas. Tapi kenyataannya mereka justru jadi pintu penyisihan. Atlet malas ikut karena merasa dibatasi, bukan difasilitasi,” tegasnya.

Menurut para pengamat fitnes di Sumenep, PBFI tahun ini tidak menunjukkan peran sebagai organisasi olahraga yang profesional dan terbuka. Sebaliknya, PBFI disebut bertindak seperti “pemilik event”, menutup pintu komunikasi, dan mengabaikan kontribusi inisiator yang telah membangun event sejak awal.

WhatsApp Image 2025 10 26 at 18.06.27 c2c2dd74

“PBFI dulu menolak event ini, bahkan sempat ingin menggagalkan. Tapi setelah sukses, mereka justru mengambil alih total tanpa melibatkan penggagasnya. Itu bukan pembinaan, itu penguasaan,” ungkap narasumber.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Sumenep juga mendapat sorotan keras karena dianggap membiarkan konflik kepentingan mengambil alih arah event.

“Kadis seharusnya hadir sebagai pengawas dan pengendali. Bukan membiarkan event publik berubah jadi ajang rebutan panggung. Pemerintah daerah harus hadir, bukan jadi penonton,” tambahnya.

‎Sebelumnya, Ahmad Amin Rifa’ie, inisiator pertama Body Contest, mengaku disingkirkan setelah mempertanyakan transparansi dana proposal dan CSR yang dikelola EO Sugeng. Ia menilai PBFI dan pihak EO bersekongkol mengambil alih event dengan mengesampingkan etika organisasi.

Minimnya peserta tahun ini disebut sebagai bukti nyata bahwa event bukan lagi ajang prestasi, melainkan ajang pencitraan dan transaksi kepentingan.

Para pelaku binaraga mendesak Bupati Sumenep untuk turun tangan dan mengevaluasi PBFI, EO Sugeng, serta Kadisbudporapar yang dianggap gagal mengelola event sesuai prinsip transparansi dan pembinaan.

“Kalau event seperti ini terus dibiarkan, masa depan binaraga Sumenep akan mandek. Pemerintah harus pastikan event olahraga milik publik, bukan milik kelompok tertentu,” pungkasnya.
(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *