Headlines

Dedi Mulyadi Terharu, Uang Bantuan Ditolak Bu RT: “Kalau Terlalu Banyak, Saya Tambah Lagi Jadi Rp30 Juta”

uang gubernur jawa barat ditolak 3003460929

Cirebon — JAGAT BATARA. Momen mengharukan terjadi saat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri acara pesta rakyat di Pabedilan, Cirebon, yang dipadati oleh ribuan warga. Di tengah keramaian, Dedi mendekati seorang ibu yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani sekaligus menjabat sebagai Bu RT di lingkungan tempat tinggalnya.

Pertemuan itu menjadi sorotan karena suasana mendadak penuh haru. Sang gubernur terkesan mendalam setelah mendengar bagaimana Bu RT mampu menyekolahkan lima anak hingga lulus SMA dan kini telah bekerja, meskipun berasal dari latar belakang ekonomi yang terbatas.

Sebagai bentuk penghargaan, Dedi memberikan bantuan uang kepada Bu RT. Namun, kejadian tak terduga terjadi: uang itu ditolak karena dianggap terlalu banyak.

“Jangan banyak-banyak, Pak,” ujar Bu RT dengan suara lirih yang langsung menyentuh hati Dedi.

Mendengar jawaban itu, Dedi langsung memeluk Bu RT, membuat suasana haru menyelimuti seluruh area acara. Banyak warga yang hadir ikut meneteskan air mata melihat ketulusan dari dua tokoh yang berbeda strata sosial itu.

“Dalam seorang ibu, yang bapaknya hanya Ketua RT, anak-anaknya bisa disekolahkan sampai tamat dan bekerja. Luar biasa,” ucap Dedi, penuh kekaguman.

Dedi kemudian mengungkapkan bahwa saat memberikan uang, ada teriakan yang sangat menusuk telinganya—sebuah ungkapan dari Bu RT yang tak biasa didengar dari penerima bantuan.

“Ini uang terlalu banyak. Saya tidak mau terlalu banyak,” kata Dedi menirukan perkataan Bu RT.

Dedi pun sempat bertanya soal utang yang dimiliki Bu RT. Namun, sang ibu menolak menjawab secara langsung.

“Rahasia, Pak,” jawabnya singkat.

Gubernur lalu meminta Bu RT untuk mengambil uang sebesar Rp25.400.000, namun sang ibu tetap menganggap jumlah itu terlalu besar.

“Kenapa, Ibu, kebanyakan uangnya?” tanya Dedi.
“Iya, banyak,” sahut Bu RT, sambil menahan tangis.

“Kalau terlalu banyak, saya tambah lagi jadi Rp30 juta,” canda Dedi, yang disambut gelengan kepala penuh ketulusan dari Bu RT.

Akhirnya, Bu RT mengaku bahwa utang yang dimilikinya hanya Rp3 juta, dan Dedi kembali menunjukkan empatinya.

“Ibu takut lihat uang banyak?”
“Iya,” jawabnya polos.

Tak ingin bantuan itu sia-sia atau hilang, Dedi menyarankan agar uang tersebut dibelikan emas sebagai kenang-kenangan.

“Itu kenang-kenangan dari saya, buat Ibu ke depan,” ujarnya.

Dalam pidato penutupnya di hadapan ribuan warga, Dedi menekankan filosofi kepemimpinannya yang tak hanya berbasis kekuasaan atau jabatan, tetapi dilandasi rasa dan cinta.

“Memimpin bukan hanya soal angka, bukan soal jabatan. Tapi memimpin derajat tertinggi adalah memimpin dengan rasa dan cinta,” jelas Dedi penuh makna.

Ia meyakini bahwa kepemimpinan yang berlandaskan rasa akan membawa kebahagiaan dan ketenteraman bagi rakyat.

“Kalau kita memimpin dengan rasa, kita bisa membangun keistimewaan dalam perjalanan pembangunan.”

Dedi menutup momen itu dengan pesan kebangsaan yang kuat:

“Terima kasih. Yuk, kita urus negara ini, kita urus bangsa ini, kita urus tanah yang kita cintai ini dengan rasa dan cinta, agar ke depan kita bisa menitipkan ke generasi berikutnya.” (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *