Headlines

KLB Keracunan Makanan Bergizi Gratis di Bandung Barat, 47 Siswa Dirawat: Dedi Mulyadi Soroti Proses Masak dari Malam Hari

Screenshot 2025 09 25 064501

BANDUNG BARAT – JAGAT BATARA. Kasus keracunan massal yang menimpa ratusan pelajar di Kabupaten Bandung Barat usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG), kini resmi ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh otoritas kesehatan. Peristiwa ini menjadi sorotan publik, terutama setelah Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengungkap dugaan bahwa makanan yang dikonsumsi siswa dimasak sejak malam sebelumnya.

Sejak Senin (22/9/2025), total 411 siswa mengalami gejala keracunan usai menyantap paket MBG yang dibagikan di sekolah. Hingga Rabu (24/9/2025), sebanyak 47 siswa masih menjalani perawatan intensif di berbagai fasilitas kesehatan.

Para korban dirawat di sejumlah titik, antara lain:

  • Posko Kesehatan Kecamatan Cipongkor
  • RSUD Cililin
  • RSIA Anugrah
  • Klinik Permata Hati

Sebagian besar siswa dilaporkan mengalami gejala mual, muntah, diare, dan pusing, yang muncul dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan tersebut.

Menindaklanjuti insiden ini, Polda Jawa Barat bersama Dinas Kesehatan langsung turun tangan. Tim gabungan telah mengumpulkan sampel makanan yang diduga menjadi sumber keracunan untuk dilakukan pengujian laboratorium.

“Sampel makanan sedang diuji untuk mengetahui kandungan yang menyebabkan keracunan,” ujar perwakilan Dinas Kesehatan.

Hasil laboratorium ini akan menjadi kunci dalam menentukan penyebab pasti insiden keracunan massal tersebut.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyayangkan peristiwa ini dan meminta dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan sebagai bagian dari upaya menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak sekolah.

Dedi menduga bahwa penyebab utama keracunan berasal dari praktik memasak makanan terlalu jauh dari waktu konsumsi.

“Itu makanan basi, dimasak dari malam,” tegas Dedi Mulyadi dalam pernyataannya, Rabu (24/9/2025).

Menurutnya, proses masak yang dilakukan malam hari dan baru dibagikan keesokan paginya berisiko tinggi terhadap keamanan pangan, apalagi jika distribusi tidak dilakukan dengan standar suhu dan kebersihan yang tepat.

Dedi menegaskan perlunya evaluasi menyeluruh, terutama terkait waktu pelaksanaan memasak dan distribusi makanan dalam program MBG. Ia meminta agar pengawasan diperketat, dan pelaksanaan program tidak hanya berorientasi pada jumlah, tapi juga kualitas dan keamanan makanan yang dibagikan.

“Ini bukan hanya soal bagi-bagi makanan gratis. Ini soal kesehatan dan keselamatan anak-anak,” ujarnya.

Dengan status KLB yang telah ditetapkan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat diminta untuk meningkatkan kesiagaan, baik dalam pelayanan medis maupun langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Program MBG merupakan salah satu program unggulan Pemprov Jabar untuk menjangkau siswa-siswa dari keluarga prasejahtera. Namun, insiden ini membuka mata bahwa pengawasan teknis dan kualitas makanan harus menjadi prioritas utama. (MP)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *