JAKARTA – JAGAT BATARA. Industri rokok di Indonesia mendapat angin segar setelah Menteri Keuangan yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa, mengindikasikan akan meninjau ulang kebijakan cukai yang selama ini menekan industri. Dampak langsung dari pernyataan tersebut membuat harga saham dua produsen rokok raksasa—PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP)—melonjak lebih dari 22% hanya dalam sepekan terakhir.
Langkah ini menjadi sorotan pasar menyusul pernyataan mengejutkan dari Purbaya dalam Media Briefing yang digelar pada Jumat, 19 September 2025. Dalam pertemuan itu, ia mengungkapkan keterkejutannya terhadap tingginya tarif cukai rokok saat ini yang mencapai 57%.
“Tinggi amat, Firaun, lu? Banyak banget,” celetuk Purbaya saat membahas tarif cukai dengan para pejabat internal Kementerian Keuangan.
Purbaya menegaskan bahwa kementeriannya kini tengah mengkaji ulang dampak fiskal dari kebijakan cukai rokok, baik dalam skenario kenaikan maupun penurunan. Fokus utama kajian ini adalah pengaruhnya terhadap penyerapan tenaga kerja, yang selama ini sangat bergantung pada keberlangsungan industri tembakau.
“Selama kita tidak bisa punya program untuk menyerap tenaga kerja yang menganggur, industri tidak boleh dibunuh,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pengendalian konsumsi rokok melalui kenaikan cukai belum diimbangi dengan mitigasi atas meningkatnya pengangguran, terutama di sektor padat karya seperti industri rokok yang pada tahun 2023 mencatat penyerapan tenaga kerja sebesar 5,98 juta orang.
Sebagai bagian dari evaluasi menyeluruh, Purbaya berencana melakukan kunjungan langsung ke sentra industri rokok di Jawa Timur, untuk mendengarkan langsung tantangan dari para pelaku usaha.
“Saya akan ke Jawa Timur ya, akan ngomong sama industrinya. Akan saya lihat seperti apa sih, turun apa enggak (cukai rokok). Kalau misalnya enggak turun tapi pasar mereka saya lindungi,” ujarnya.
Salah satu tantangan yang akan menjadi perhatian adalah peredaran rokok ilegal yang tidak dikenakan pita cukai, yang dinilai semakin menekan daya saing industri resmi.
Produsen Rokok Merespons Tekanan: Gudang Garam dan HMSP Bertahan di Tengah Lonjakan Cukai
Produsen rokok besar seperti PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) telah merasakan dampak nyata dari lonjakan cukai selama lima tahun terakhir.
Direktur Gudang Garam, Heru Budiman, mengakui bahwa tingginya cukai telah memaksa perusahaan untuk melakukan adaptasi strategis, salah satunya dengan memperluas portofolio produk di segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT), yang memiliki harga jual lebih terjangkau.
“Kami di 2024 sudah mengeluarkan dan memperbesar varian produk dalam segmen SKT, sehingga bisa berpartisipasi memenuhi permintaan dari orang yang mencari rokok dengan harga lebih murah,” jelas Heru dalam paparan publik pada 11 September 2025.
Namun, tekanan tetap terasa pada sisi keuangan. Laba Gudang Garam anjlok 81% pada 2024, dari Rp5,3 triliun menjadi hanya Rp981 miliar. Nasib serupa dialami oleh HMSP, yang mencatat penurunan laba bersih sebesar 17,92%, menjadi Rp6,64 triliun. Meski demikian, HMSP tetap membagikan dividen tunai sebesar Rp6,53 triliun, bahkan melebihi 105% dari laba bersih perusahaan.
Meski industri berada dalam tekanan, pasar modal justru merespons positif pernyataan dan pendekatan baru Menkeu Purbaya. Harga saham Gudang Garam dan Sampoerna sama-sama melesat lebih dari 22%, berdasarkan data dari IDNFinancials.com.
Lonjakan ini mencerminkan optimisme investor terhadap kemungkinan pelonggaran kebijakan cukai dan perlindungan terhadap pasar domestik rokok legal. Pasar melihat sinyal kebijakan fiskal yang lebih seimbang antara perlindungan kesehatan masyarakat dan kelangsungan industri serta tenaga kerja. (MP)