Jakarta, 29 Mei 2025 — JAGAT BATARA. Momen penuh haru dan penyesalan tergambar jelas saat Ketua Umum DPP GRIB Jaya, Hercules Rosario Marshal, menyambangi kediaman Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso, mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) periode 2015–2016. Dalam pertemuan yang sarat emosional itu, Hercules menyampaikan permintaan maaf langsung atas ucapannya yang sempat menyinggung perasaan banyak kalangan, termasuk para purnawirawan TNI.
Dengan mata berkaca-kaca, Hercules memegang tangan Sutiyoso dan menciumnya — sebuah gestur simbolis yang mencerminkan penyesalan dan penghormatan mendalam. Di hadapan Sutiyoso dan keluarga, Hercules menyatakan kesetiaan dan menyebut dirinya sebagai anak asuh dari sang jenderal.
“Saya minta maaf, Bapak. Kami ini anak Bapak. Kami ini ada di Indonesia ini karena kami ikut bapak-bapak. Kami setia, kami setia sama Bapak,” ucap Hercules dengan suara bergetar.
“Kami sangat senang, sangat luar biasa, kami ini bagian dari anak Bapak. Makasih, Bapak,” lanjutnya.
Dalam tanggapannya, Sutiyoso mengingat kembali sejarah panjang hubungan emosionalnya dengan Hercules yang berakar sejak masa perjuangan mempertahankan Timor Timur sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kala itu, Hercules dikenal sebagai bagian dari Tentara Bantuan Operasi (TBO) yang kerap mendampingi pasukan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dalam operasi-operasi berbahaya.
“Sejarah hubungan kami bukan karena mesra-mesraan. Hubungan kami terbentuk dengan berdarah-darah. Dan itu tidak bisa dilupakan,” tegas Sutiyoso, yang juga pernah menjabat sebagai Pangdam Jaya dan Gubernur DKI Jakarta.
Sutiyoso menekankan bahwa hubungan semacam itu tak mudah dibangun, melainkan lahir dari tempaan lapangan dan loyalitas dalam pengabdian kepada negara.
Hercules pun menegaskan kembali perannya sebagai salah satu orang yang dibesarkan oleh nilai-nilai Kopassus — pasukan elit TNI AD yang dikenal dengan baret merahnya. Ia mengaku nilai-nilai kesetiaan, kejujuran, dan loyalitas telah menjadi bagian dari jati dirinya berkat didikan para prajurit baret merah, termasuk Sutiyoso.
“Kami bisa ada di Indonesia ini juga karena dididik oleh bapak-bapak dari baret merah. Kami diajari kesetiaan, kejujuran, loyalitas,” tutur Hercules.
“Atas nama keluarga besar, saya minta maaf sebesar-besarnya kepada Bapak, kepada Ibu, kepada anak-anak Bapak,” imbuhnya tulus.
Silaturahmi ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting lainnya seperti Ketua Forum Komunikasi Pejuang Timor-Timur (FKPT) Erico Gutteres, Kabid Hukum DPP GRIB Jaya Nuno Magno, Kabid Media Marcel Gual, Wakabid OKK Junior, serta Panglima GRIB Jaya Marcelino M. Ximenes. Pertemuan ini memperlihatkan solidaritas dan tekad untuk memperbaiki hubungan dalam keluarga besar pejuang Timor-Timur.
Langkah Hercules ini merupakan respons atas pernyataannya yang sempat viral dan dianggap merendahkan martabat Sutiyoso. Dalam sebuah kesempatan, ia menyebut istilah “bau tanah” yang langsung memicu reaksi keras, terutama dari kalangan purnawirawan TNI. Salah satu yang paling vokal menyuarakan kekecewaannya adalah mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Hercules sebelumnya sudah menyampaikan permintaan maaf secara terbuka lewat kanal YouTube, namun kunjungan langsung ini menjadi bentuk permintaan maaf personal yang lebih mendalam dan penuh makna.
“Saya hormat kepada Bapak Sutiyoso. Beliau dari baret merah, dari pasukan yang membesarkan saya. Saya khilaf,” ujar Hercules dalam video tersebut.
Pertemuan ini menjadi contoh nyata bahwa rekonsiliasi dan penghormatan lintas generasi dapat terjadi dengan niat tulus dan sikap ksatria. Hercules telah menunjukkan kesediaan untuk merendahkan hati dan mengakui kesalahan, sementara Sutiyoso membuka ruang untuk maaf dalam semangat persaudaraan dan perjuangan lama yang tak lekang oleh waktu.
Dalam dinamika kehidupan bangsa yang terus berubah, silaturahmi ini mengajarkan bahwa hubungan personal yang dibangun di medan perjuangan bisa menjadi jembatan untuk menyatukan kembali rasa hormat, kesetiaan, dan nilai-nilai kebangsaan yang agung. (Red)